TEMUAN SITUS ARKEOLOGI BENTANG
ALAM HUTAN MAKAM BALOK



Penelitian
tersebut berlangsung selama 10 hari. Penelitian tersebut merupakan kegiatan
penelitian lanjutan dari penelitian tim PPAN dari tahun sebelumnya. Penelitian
ini dikordinir langsung oleh Drs. Sonny Chr. Wibisono, M.A., D.E.A. dan tim.



Ukuran bata yang
ditemukan tidak lasim bila dibandingkan dengan bata yang dibuat pada masa
sekarang baik ukuran panjang, lebar, maupun tebalnya. Oleh karena itu
dikategorikan sebagai bata besar kata Bapak Sonny selaku koordinator tim PPAN.
Ukuran bata sangat bervariasi tetapi pada umumnya memilki rata-rata 33 x 20 x 6
cm. Bata berukuran besar ini hampir sama dengan yang digunakan dalam bangunan
candi. Disekitar areal ekskavasi situs arkeolog berbentuk bangunan ini juga
ditemukan tumpukan karang yang tersusun secara rapi. Temuan tersebut diperkirakan
merupakan sisa peninggalan pada abad ke 16.



Pada awalnya
temuan karang tersebut diperkirakan sebagai pondasi bangunan dari temuan bata
yang ditemukan. Namun setelah dilakukan ekskavasi dibeberapa titik ternyata
terdapat titik yang menunjukkan karang tersebut bertabrakan dengan tumpukan
bata. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan karang tersebut bukan merupakan
pondasi dari bangunan tersebut, namun sebuah ornamen atau hiasan diluar
struktur bangunan yang ada menurut Bu Naniek yang merupakan anggota tim
arkelog.
Sampai saat ini
yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah bata ini merupakan bata buatan
setempat atau bata yang di datangkan dari tempat lain. Menurut Bapak Sonny, struktur dari bata tersebut
hamper sama dengan yang ada di Gending Suro, Palembang, Sumatera Selatan.
Mengingat bahwa Raja Balok Pertama yakni K.A. Gede Ya’kub (Depati Cakraningrat
I) yang merupakan wakil Sultan Palembang Darussalam di Belitung.



Setelah
ekskavasi ini dilakukan selama 10 hari, kawasan tersebut menjadi perhatian
masyarakat sekitar. Terutama setelah kunjungan Bupati Belitung Timur dan
masuknya ekskavasi arkeolog tersebut ke dalam koran. Bahkan sekitar satu minggu
setelah ekskavasi pun masih banyak masyarakat yang berkunjung hanya untuk
melihat situs kuno tersebut. Namun dikarenakan setelah penelitian berakhir,
kawasan ekskavasi tersebut ditutup kembali menggunakan tanah, banyak masyarakat
yang merasa kurang puas karena tidak melihat hasil temuan situs tersebut. Maka
dari itu, tim PT SMM, berinisiatif memasang banner temuan situs kuno arkeolog
di tempat itu agar kiranya masyarakat lokal ataupun pihak PT SMM yang ingin
melihat gambar temuan tersebut dapat melihat hasil ekskavasi tim PPAN tersebut,


